Langsung ke konten utama

Tamatan SMA vs Petugas Keamanan Stasiun

Tepat tengah hari pada tanggal 18 Oktober 1980, lahirlah seorang anak. Adi, begitulah ia biasa disapa. Ia lahir dan besar di Bandung. Orang tuanya menaruh harapan yang tinggi kepadanya, agar ia dapat sukses mengangkat derajat keluarganya. Masa kecilnya sebenarnya tidak terlalu bahagia. Keluarganya tidak selalu mencukupkan kebutuhannya. Karena itu, ia suka membaca bacaan yang sebenarnya diperuntukkan pada orang yang lebih besar darinya, berhubung keterbatasan uang untuk membeli buku cerita. Disinilah muncul sifat keingintahuannya. Saat ia menemukan sesuatu yang menurutnya membingungkan, ia selalu bertanya kepada orang yang lebih mengerti darinya. Namun, tak jarang, ia malah mendapatkan perkataan “nanti kamu juga ngerti” dari orang yang ia tanya. Orang tuanya sebenarnya tidak masalah kalau Adi suka membaca bacaan yang belum layak untuk seusianya. Namun, lama-lama orang tuanya merasa takut kalau hal itu malah membuat Adi merasa terbebani pikirannya.

Adi memiliki cita-cita menjadi seorang programmer yang handal. Oleh karena itu, ia belajar sangat tekun pada saat ia duduk di bangku SMA agar dapat meraih cita-citanya. Namun sayang, cita-citanya itu tidak dapat ia wujudkan. Pada saat ia lulus dari bangku SMA, terjadi sebuah hal yang tidak pernah ia duga terjadi: peristiwa percobaan kudeta oleh pemimpin tentara. Kudeta itu gagal, namun efeknya terasa sampai semua kalangan. Siapapun yang keluar dari rumah tanpa ada kepentingan, akan diinterogasi dan dianggap sebagai orang yang terlibat dalam percobaan kudeta tersebut. Selain itu, jaringan telekomunikasi juga dipantau selama 24 jam tanpa henti, mencegah adanya kudeta susulan.

Adi tidak mau mimpinya tersebut terhambat oleh peristiwa yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan dirinya itu. Ia pun tetap memaksa untuk keluar dari rumah dan pergi ke Jakarta, mencari tempat kursus komputer yang mungkin masih buka (karena seluruh universitas diliburkan sampai satu tahun saat itu). Saat sedang menunggu kereta, ia membeli sebuah surat kabar cetakan hari itu. Setibanya di Jakarta,  ia tertangkap petugas keamanan saat sedang buang air di stasiun. Ia ditangkap bukan karena sedang buang air kecil, tapi karena surat kabar yang ia baca mengandung sebuah informasi tentang rencana kudeta yang terjadi. Ia dituduh sebagai bagian dari operasi kudeta. Ia pun diinterogasi selama 5 jam dan ternyata semua tuduhan itu tak terbukti. Ia pun lalu dibebaskan oleh petugas keamanan.

Setelah kejadian tersebut, ia merasa penasaran kenapa ia ditangkap karena ia membawa surat kabar yang ia baca. Sifat keingintahuannya pun muncul. Ia kemudian menghubungi kepala redaksi surat kabar tersebut. Adi disuruh datang ke kantor redaksi surat kabar itu. Setelah orang keamanan gedung tahu maksud Adi datang untuk apa, ia langsung mengusir Adi, bahkan mengancam akan menghubungi pihak yang berwajib. Mendengar ada keributan, kepala redaksi yang berencana ingin ngopi itu melerai keduanya. Adi pun memperkenalkan dirinya. Merasa pernah mendengar nama belakang Adi, kepala redaksi langsung menyuruh Adi masuk ke ruangannya. Setelah ditelusuri, ternyata ia dan ayahnya Adi adalah teman masa kecil. Ia ditawari untuk menginap di rumah kepala redaksi

Di kamar tempat ia menginap, ia menemukan sebuah bundelan map yang masih terlihat baru disatukan. Map tersebut sebenarnya hanya boleh dibuka oleh Kepala Badan Intelijen Negara dan pejabat di atasnya saja. Penasaran, ia pun membuka map tersebut dan melihat isinya. Kepala redaksi yang melihat itu, langsung memarahi dan mengambil map tersebut darinya. Untungnya bagi Adi, tapi sayangnya bagi kepala redaksi, ada baberapa lembar dokumen penting yang dipindahkan Adi dari bundelan itu. Pada saat itu, Adi tidak mengetahui isi dokumen tersebut, karena tulisannya sangat kecil. Ia sebenarnya ingin melihat dulu keseluruhan isi dari bundelan tersebut, karenanya ia memisahkan selebaran itu dari bundelan. Malamnya, ia membaca dokumen tersebut dan terkejut melihat isinya. yang ternyata memuat siapa saja yang terlibat dalam kasus kudeta gagal itu. Ia lebih terkejut lagi setelah mengetahui bahwa ternyata kepala redaksi itu adalah Asisten Sekretaris Badan Intelijen Negara, yang sebenarnya juga tidak tahu apa isi bundelan itu. Setelah tahu hal demikian, ia mengcopy selebaran tersebut di mesin fotocopy yang ada di rumah kepala redaksi, yang kebetulan sedang pergi rapat dan mengembalikan selebaran itu ke tempatnya. Karena di Jakarta ia tidak menemukan kursus komputer yang buka, ia pun kembali ke Bandung. Setelah beberapa hari di rumah, ia kembali membuka salinan dokumen yang ia bawa dari Jakarta. 

10 tahun setelah kejadian tersebut, Adi sedang membantu membuat sebuah program untuk kantor Dinas Keuangan Provinsi Jawa Barat. Karena keuletannya, ia diajak untuk bekerja di bagian komunikasi dan diangkat menjadi PNS setelah beberapa tahun. Berbekal koneksi yang ia miliki, ia mencoba peruntungannya untuk maju dalam pemilihan anggota DPR pada tahun itu. Banyak yang meragukan pengalamannya, tapi dia mampu memenangkan pemilihan itu. 

Karena latar belakangnya, ia diangkat menjad anggota komisi I DPR. Pada saat itu, kasus kudeta 10 tahun yang lalu kembali ramai. Penyebabnya: masa kerahasiaan dokumen yang kedaluwarsa. Ternyata, ada orang dalam pemerintah yang menjadi tokoh utama yang terlibat saat itu. Setelah berbagai rapat di komisi I, diputuskan bahwa Wakil Presiden saat ini, harus mundur dari jabatanya karena terbukti adalah tokoh utama dalam kasus kudeta itu. Ia dikhawatirkan akan melakukan hal yang sama terhadap pemerintahan saat ini. Awalnya, sang Wakil Presiden tidak mengaku bahwa ia terlibat dalam kasus yang terjadi 10 tahun yang lalu itu. Namun, dokumen yang didapatkan Adi dari rumah kepala redaksi 10 tahun yang lalu itu menjadi bukti keterlibatan sang Wakil Presiden. Sang Wakil Presiden pun dikalzulkan. Adi pun diundang ke Istana Negara oleh Presiden. Mengetahui bahwa ternyata Adi berhasil ‘membawa kabur’ sebuah dokumen dari rumahnya, sang kepala redaksi yang sudah menjadi Presiden itu sendiri itu sebenarnya sangat marah sekali, namun berterima kasih karena ‘dokumen curian’ itu ternyata bisa menyelamatkan jabatannya. 

Sebagai bentuk ucapan terima kasih, ia diminta untuk mengisi kursi wakil presiden, menggantikan wakil presiden yang dimakzulkan. Adi menolak tawaran tersebut. Namun, kabar keterlibatannya sebagai tokoh utama yang mengungkap kasus tersebut sudah tersebar ke masyarakat luas. Kabar bahwa ia menolak tawaran menjadi wakil presiden pun juga sudah banyak yang mendengar. Akhirnya, massa berkumpul di depan gedung MPR, mendesak agar Adi menerima tawaran tersebut. Saat itu, sedang digelar Rapat Istimewa yang diadakan setiap tahun. Dalam pidatonya, Presiden mengucapkan terima kasih kepada Komisi I, khususnya kepada Adi, karena berhasil mengungkap kasus kudeta 10 tahun yang lalu tersebut.

Belum selesai Presiden berpidato, ada seorang anggota dewan yang meneriakkan ‘Adi untuk menjadi Wakil Presiden selanjutnya”. Teriakkan itu disambut oleh anggota dewan yang lain, yang menyatakan setuju. Seusai berpidato. Sang Presiden yang pada saat itu belum mencari orang lain untuk mengisi kekosongan posisi wakilnya, menawarkan sekali lagi kepada Adi. Malihat dukungan yang sebegitu besarnya, Adi pun menyanggupi penawaran sang presiden. Pimpinan rapat mengetahui hal tersebut. Ia lalu mengumumkan kepada seluruh peserta sidang bahwa Adi menerima penawaran untuk menjadi Wakil Presiden. Hal tersebut disambut meriah oleh seluruh orang yang ada di dalam ruangan tersebut. Kabar tersebut sampai kepada massa yang berada di luar gedung, yang bergembira mendengar kabar tersebut. 

Ia pun dilantik 2 minggu kemudian. Namun, jabatannya hanya sebentar saja karena ada Pemilihan Umum bulan Juli tahun depannya. Sang Presiden pun sudah tidak bisa lagi ikut bertarung di Pemilu, karena ia sudah menjabat selama 2 periode. Para pendukung sang Presiden pun mendukung Adi agar maju sebagai calon Presiden. Awalnya ia menolak, namun setelah didesak oleh sang Presiden sendiri, akhirnya ia menerimanya. Ia pun berhadapan dengan lawannya di Pemilu: Mantan Menteri Perhubungan era sebelumnya yang ternyata adalah orang yang menangkap Adi di stasiun saat ia sedang buang air kecil. Lawannya sangat meremehkan Adi, menggangap bahwa ia hanya beruntung dapat menjadi orang yang mengungkap kasus tersebut. Adi memenangkan pertarungan pemilu itu dengan mudah. 

Dua bulan setelah pemilu, tepat di hari lahirnya, dengan mantap Adi mengucapkan sumpah jabatan Presiden, yang meresmikan dirinya sebagai presiden yang baru. Hadir di acara tersebut adalah keluarga besar Adi, termasuk ayah dan ibunya yang selama ini tidak pernah membayangkan bahwa di keluarga mereka akan ada seorang pejabat, lebih-lebih seorang Presiden. Siapapun yang hadir di acara pelantikan tersebut, pasti akan sangat mengingat momen meriah yang terjadi setelahnya: perayaan seperti penyambutan pahlawan yang baru pulang dari medan perang. 

(Dipublikasikan pertama kali pada 28 Oktober 2020 sebagai Tugas K.D. 4.7: Merancang Novel Bahasa Indonesia kelas 12 SMA Negeri 49 Jakarta, dengan beberapa pengubahan.)

Rancangan dari ringkasan / gambaran novel / novelet di atas:



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Peralatan Pembuatan Film Modern

Dolby Digital (AC3) Membuat sebuah film pendek maupun film yang durasinya diatas 1 jam tadinya membutuhkan waktu yang sangat lama. Transisi dari pembuatan film yang sebelumnya menggunakan metode konvensional menjadi menggunakan peralatan modern diawali ketika Dolby Laboratories merilis sebuah standar pengkodean audio bernama Dolby Digital (AC-3), pada tahun 1991. Hal tersebut merevolusi standar pembuatan suatu film, termasuk me-modern-kan perangkat dalam pembuatan sebuah film. Perangkat yang modern tersebut ternyata dapat mempercepat durasi pembuatan suatu film, baik dalam fase produksi maupun dalam masa pasca-produksi. Berikut ini beberapa perangkat (baik software maupun hardware ) yang biasa digunakan dalam fase produksi dan pasca-produksi sebuah film: 1. Fase Produksi Kamera IMAX yang digunakan sutradara Michael Bay dalam pembuatan film Ttansformers: Revenge of the Fallen. Selain naskah dialog, alat yang pasti digunakan dalam pembuatan sebuah film adalah kamera. Tadinya, pembuata

Berita Televisi di Era Digital, Akankah Menjadi Usang?

Sumber gambar: https://id.lovepik.com/images/png-news.html Semenjak perkembangan Internet dan teknologi di bidang digital yang sangat pesat, kalimat di atas telah menjadi pertanyaan banyak orang. Salah satu contoh perkembangan tersebut adalah adanya smartphone yang telah menjadi barang yang wajib dimiliki setiap orang. Benda yang berukuran sebesar telapak tangan itu dapat melakukan sangat banyak hal, misalnya: melakukan pencurian data pribadi, memfitnah orang melalui media sosial, serta menyebarkan informasi yang tidak bisa dikonfirmasi kebenarannya. Salah satu hal lainnya yang bisa dilakukan oleh smartphone adalah menyampaikan berita terkini kepada penggunanya. Ada banyak sekali macam berita yang dapat dilihat melalui smartphone , baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk visual, seperti infografis atau video pendek. B anyak stasiun televisi nasional yang telah mengembangkan sayapnya ke media digital. Dalam bentuk visual, hampir semua stasiun televisi tersebut memiliki akun di

Hilangnya Permainan Dampu Bulan

Permainan tradisional adalah permainan yang tumbuh dan lahir di daerah masing-masing. Permainan tradisional masih menggunakan bahan baku alami dan cara pembuatannya pun memiliki perbedaan di masing-masing daerah. Seiring berjalannya waktu dengan banyak bermunculan permainan digital , game online, dan lainnya. Hal ini membuat permainan tradisional terbenam dari kesenangan anak-anak. Permainan tradisional seolah hanya kenangan masa kecil yang tidak layak diperjualbelikan pada era modern seperti ini, contohnya permainan dampu bulan. Dampu bulan merupakan permainan tradisional yang berasal dari Betawi. Bermain dampu bulan biasanya dilakukan di halaman yang luas atau di lapangan yang permukaannya tanah. Dampu dimainkan di sebidang tanah yang arena permainannya berbentuk kotak-kotak yang berjumlah 9. Petak-petak di permukaan tanah dibuat dengan menggunakan kapur atau pecahan genting. Permainan ini biasanya dimainkan oleh dua orang atau lebih, baik anak laki-laki atau perempuan. Setiap