Saat itu, kami yang berada di Jakarta sedang melaksanakan yang selalu dilakukan di hari minggu. Kami berolahraga, lalu dilanjutkan dengan aktivitas masing-masing. Ayahku melanjutkan pekerjaan kantornya, ibuku memasak makanan untuk sarapan dan makan siang, adikku yang baru kelas 1 SD saat itu kembali tidur, dan aku yang akan berangkat untuk pergi les.
Namun hal aneh terjadi hari itu. Pekerjaan kantor ayahku sudah selesai hari sebelumnya. Ibuku yang selalu memasak banyak makanan, hari ini hanya memasak sedikit saja. “Supaya cepat habisnya” ketika aku tanyakan kenapa hari ini hanya memasak sedikit saja. Aku yang biasanya sangat antusias untuk pergi les dan selalu berangkat dan tiba sebelum orang lain, ketika itu terasa sangat malas sekali rasaya untuk melangkahkan kaki ke luar rumah. Saat itu, untuk pergi ke tempat les, aku selalu diantar oleh ayahku, karena penggunaan ojek online pada saat itu belum menjadi hal yang umum dan dapat diterima oleh orang tuaku.
Tepat sebelum aku melangkahkan kaki ke luar rumah, datang sebuah panggilan dari salah satu tanteku yang kebetulan saat itu berada di kota Padang, kota dimana Kakek dan Nenekku dari pihak ibu tinggal. Lalu pada panggilan kedua, tanteku mengabarkan bahwa kondisi kesehatan kakek kembali menurun setelah sebelumnya diperiksa oleh dokter. Penanganan dokter dapat dilakukan dengan cepat, karena rumah kakek dan nenek yang dekat dengan RSUD M. Djamil dan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, sehingga banyak mahasiswa kedokteran yang menyewa tempat tinggal di kamar kost di rumah kakek dan nenek. Saat itu, yang menerima panggilan adalah ibuku. Lalu kami merencanakan bahwa minggu depannya kami akan berangkat ke kota Padang untuk menjenguk kakek, karena jika hal tersebut dilakukan saat itu juga, terdapat banyak sekali hambatan. Mulai harga tiket yang kalau dipesan mendadak akan naik harganya jadi tidak masuk akal, aku dan adikku yang harus bersekolah esok harinya, dan ayahku yang juga harus bekerja di hari senin.
Lalu datanglah panggilan ketiga, yang isinya tidak pernah disangka-sangka semua orang dalam beberapa bulan ke belakang, panggilan yang membuat semua orang sadar bahwa dunia ini fana dan akhirat itu kekal adanya. Datang kabar bahwa kakekku meninggal. Hal ini mengejutkan ayahku, yang pada saat itu menerima panggilannya. Saat itu aku dipanggil oleh ayahku. Dengan volume suara yang sangat pelan ia memberi tahuku kabar yang mengejutkan itu.
“Kak, hari ini tidak usah pergi les dulu ya” kata ayahku.
“Memangnya ada apa?” tanyaku yang sudah siap menerima apapun kabar buruk yang diterima ayahku melalui panggilan yang diterimanya dari Padang.
“Kakek sudah tiada, jadi kita akan berangkat ke Padang hari ini juga. Persiapkan semua perlengkapan dan pakaianmu, dan juga sampaikan ini ke ibumu”.
“Innalillah wa inna ‘ilaihi raji’un. Baiklah akan segera aku lakukan” kataku.
Ternyata pada saat itu ayahku sedang menyelesaikan pekerjaan dadakan dari kantornya. Aku pun menghampiri ibuku, lalu disusul ayahku. Lalu kami berdua meminta untuk duduk sebentar, karena jika kabar ini disampaikan saat ia sedang berdiri, maka kemungkinan besar dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Setelah itu, kami langsung melakukan persiapan untuk keberangkatan. Ayahku memesan tiket pesawat yang sumber pembayaran tiketnya entah dari mana, Ibuku mempersiapkan perlengkapan yang sekiranya dibutuhkan selama di Padang, dan aku beserta adikku mempersiapkan pakaian kami. Setelah semua perlengkapan selesai, kami langsung berangkat menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Di bandara kami bertemu dengan 2 adik ibuku beserta keluarganya. Mengingat tiket pesawat yang masing-masing kami pesan secara mendadak, kami tak pernah menyangka bahwa kami akan satu pesawat. Kami lalu berdoa bersama, untuk kakek dan keselamatan perjalanan kami sampai ke rumah di Padang. Lalu kami memasuki pesawat bersama. Kami lalu berangkat dan sampai pada tujuan dengan selamat.Sesampainya di rumah di Padang, kami langsung mencari nenek, mencoba menguatkan hatinya agar tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Kami lalu bergabung dengan orang-orang yang sudah ada di lokasi sedari tadi. Mereka ternyata menunggu kami karena berdasarkan permintaan nenek, prosesi pemakaman tidak akan bisa dimulai sebelum kami yang berangkat dari Jakarta sampai di Padang. Seluruh proses pemakaman berakhir pada malam hari. Kami yang dari Jakarta tidak langsung kembali ke Jakarta, karena kami bermalam terlebih dahulu di Padang selama kurang lebih 3 – 4 hari.
Kerangka cerita sejarah pribadi di atas:
a. Topik : Wafatnya Kakek pada Waktu yang Tidak
Diduga Sebelumnya
b. Kerangka:
No |
Struktur |
Paragraf |
1 |
Orientasi |
Paragraf 1 – 2 |
2 |
Pengungkapan Peristiwa |
Paragraf 3 |
3 |
Menuju Konflik |
Paragraf 4 |
4 |
Puncak Konflik |
Paragraf 5 – 10 |
5 |
Resolusi |
Paragraf 11 – 12 |
6 |
Koda |
Paragraf 13 |
Komentar